Rabu, 26 Maret 2014

Cerpen

“Perjalanan yang Menabjubkan”
Judul:Kerajaan Bawah Tanah
Penulis:Ahmad Nurullah
Ilustrasi: Seto Murti
Penerbit :PT.Pustaka Putra Khatulistiwa
Tebal: 96 halaman
Edisi:1995/1998


      

        Awan melap mulutnya yang berlepotan sari minyak ikan bakar “Alhamdulillah!” ucapnya, perutnya  terasa agak kenyang.”Tak disangka ,ternyata hingga detik ini kita masih bisa bertahan hidup, ya?”
     “ Ya, kita patut beryukur ,karena ternyata tuhan masih memberi rezeki buat kita,” ucap Midun pula.
    “Andaikata Iwan enggak menemukan ikan-ikan ini di sungai,mungkin kita semua telah mati kelaparan, ya?’’ komentar jidut.
   “ya, tapi seandainya Amin enggak membuang sarang waletnya ke sungai , mungkin kita enggak tahu bahwa di tepi sungai ini ternyata banyak ikanya,’’ sela Midun.
    ‘’Tapi Midun pelit ,’’ sergah Amin, cemberut . ‘’Aku Cuma dikasih mencicipi sarang waletnya sedikit,’’
       “Oya? Aku kira enggak suka,  Min?     Ha ha ha...”     Midun tertawa meledek
    Tawa teman-temanya yang lain juga ikut meledak. Suara tawa itu bergema keras dan berpantulan ke seluruh rongga dinding.                                                                                                                           Kemudian sejenak suasana kembeli hening.
   “lalu , setelah ini, ke mana kita harus pergi, Temen-temen?” tanya Midun, memecah keheningan.
    Teman-temanya mendedak terhenyak . seketika mereka kembali sadar,bahwa mereka berada di dalam ruangan gua bawah tanah tanpa tahu ke mana arah menuju jalan keluar.
Lalu apa yang harus  dilakukan ?
API unggun yang mereka buat dari potongan-potongan gerumbul kayu kering itu berlahan mulai padam .Suasana di dalam ruangan gua bawah tanah itu pun kembali sunyi dan gelap. Tak terdengar kelepak sayap kawanan burung walet Seperti di ruangan gua bagian lantai atas sana .hanya suara Gemeruyuk air sungai seolah meluncur menuju rongga kegelapan.
   Jidut,yang sebelum terjadinya musibah ini bertindak selaku”Komandan”,kini hatinya berubah ciut.Dengan perasaan gundah,justru kini dialah yang banyak minta mendapat Iwan.
     “Bagaimana menurut pendapat kau,Wan? Kau punya gagasan?” Tanyanya gemetar.
Iwan tercenung .Ia mendesah dalam-dalam.”Kalau sungai di dalam ruangan gua ini ada hulunya,tentu juga ada hilirnya,” katanya kemudian,seraya memeras pikiran.
     Teman-teman juga terdiam .
   “Kalau begitu ,” kata Iwan lagi,”Kita terus saja berjalan menuju ke hilir”.
“Lalu , di mana batas sungai ini,Wan?” tanya Jidut.
“Nah , itulah yang mesti kita cari dan temukan ,” tegas Iwan.
    DENGAN perasaan cemas dan jantung berdebar , kemudian mereka kembali menyusuri tepi sungai yang terbentang di ruangan gua bawah tanah itu.Midun menyorotkan lampu senternya ke arah depan.Sedang yang lain mengikutinya dari belakang.
    “Hati-hati,Teman-teman!” seru Midun,mengingatkan . “Hati-hati kaki kalian tersandung!”.
       Namun setelah jauh mereka melangkah ,apa yang dapat mereka temukan?Tak ada .Keadaan di sekeliling ternyata tidak berbeda dengan kenyataan sebelumya.Ruangan gua itu berongga-rongga dengan penuh celah.Kegelapan yang pekat menyelimuti seluruh ruangan.
      “Kemana kita , Wan ?” rengek Amin,tersengal.Lalu mereka semua menahan langkah.
     “Tampaknya kita nggak bakalan menemukan jalan ku luar,Wan!”kata Midun,putus asa.
      “Kalau begitu ,apakah kita semua akan mati disini ,Teman-teman?”tanya Jidut dengan suara bergetar. “Entahlah” desah Iwan ,lemah.
     ENTAH telah berapa hari  mereka terkurung di dalam ruangan gua bawah tanah ini.Telah berkali-kali mereka barangkat, lalu berhenti dan mengaso lagi.Dengan perasaan putus asa,mereka kerap duduk melonjor di atas bongkahan baku tak jauh dari tepi sungai.Mereka mengisi perut dengan beberapa ekor ikan yang di tangkap dengan tombak-tombak.
   Tak lama kemudian tampaklah di hadapan mereka sebuah dataran bertangga menuju ke arah sebuah rongga mirip pintu. Mereka merasa seperti dihadapkan pada dunia mimpi.
      “Wow!,seru mereka,serempak ,ketika tampak di balik  rongga itu memancarakan cahaya gemerlapan. Lantainya seolah basar berlumur cahaya.
        Anehnya lagi ,dinding-dinding di sekitar ruangan itu penuh gambar berukir-ukir.Didekat setiap dinding berdiri patung-patung berwarna hijau,tetapi kotor dan berdebu.Dan di berbagai sudut ruangan berdiri tegak beberapa canggah besar yang terbuat dari batu-batu berukir.Sekilas tampak seperti gambar berbagai jenis binatang.Canggah-canggah batu itu tampaknya berfungsi sebagai alat penyangga langit-langit gua yang juga berwarna hijau berkilauan.
      Berbeda dengan bagian ruangan gua sebelumya,langi-langit di dalam ruangan gua ini cukup tinggi.Tetapi dinding-dindingnya juga penuh serbuk radiun yang merebak  ke segenap ruangan.

       Kemudian tepat di depan bagian tengah ruangan terpacak sebuah kursi besar yang juga terbuat dari batu berukir-ukir.Dengan adanya patung-patung , canggah-canggah , dan kursi besar itu, pemandangan di dalam ruangan itu sungguh seperti istana sebuah kerajaan! Megah dan berkilauan.

1 komentar: