“Perjalanan yang Menabjubkan”
Judul:Kerajaan Bawah Tanah
Penulis:Ahmad Nurullah
Ilustrasi: Seto Murti
Penerbit :PT.Pustaka Putra Khatulistiwa
Tebal: 96 halaman
Edisi:1995/1998
Awan melap mulutnya yang berlepotan
sari minyak ikan bakar “Alhamdulillah!” ucapnya, perutnya terasa agak kenyang.”Tak disangka ,ternyata
hingga detik ini kita masih bisa bertahan hidup, ya?”
“ Ya, kita patut beryukur ,karena ternyata
tuhan masih memberi rezeki buat kita,” ucap Midun pula.
“Andaikata Iwan enggak menemukan ikan-ikan
ini di sungai,mungkin kita semua telah mati kelaparan, ya?’’ komentar jidut.
“ya, tapi seandainya Amin enggak membuang
sarang waletnya ke sungai , mungkin kita enggak tahu bahwa di tepi sungai ini
ternyata banyak ikanya,’’ sela Midun.
‘’Tapi Midun pelit ,’’ sergah Amin,
cemberut . ‘’Aku Cuma dikasih mencicipi sarang waletnya sedikit,’’
“Oya? Aku kira enggak suka, Min? Ha ha ha...” Midun tertawa meledek
Tawa teman-temanya yang lain juga ikut
meledak. Suara tawa itu bergema keras dan berpantulan ke seluruh rongga
dinding.
Kemudian sejenak suasana kembeli hening.
“lalu , setelah ini, ke mana kita harus
pergi, Temen-temen?” tanya Midun, memecah keheningan.
Teman-temanya mendedak terhenyak . seketika
mereka kembali sadar,bahwa mereka berada di dalam ruangan gua bawah tanah tanpa
tahu ke mana arah menuju jalan keluar.
Lalu apa yang
harus dilakukan ?
API unggun yang
mereka buat dari potongan-potongan gerumbul kayu kering itu berlahan mulai
padam .Suasana di dalam ruangan gua bawah tanah itu pun kembali sunyi dan
gelap. Tak terdengar kelepak sayap kawanan burung walet Seperti di ruangan gua
bagian lantai atas sana .hanya suara Gemeruyuk air sungai seolah meluncur
menuju rongga kegelapan.
Jidut,yang sebelum terjadinya musibah ini
bertindak selaku”Komandan”,kini hatinya berubah ciut.Dengan perasaan
gundah,justru kini dialah yang banyak minta mendapat Iwan.
“Bagaimana menurut pendapat kau,Wan? Kau
punya gagasan?” Tanyanya gemetar.
Iwan tercenung
.Ia mendesah dalam-dalam.”Kalau sungai di dalam ruangan gua ini ada
hulunya,tentu juga ada hilirnya,” katanya kemudian,seraya memeras pikiran.
Teman-teman juga terdiam .
“Kalau begitu ,” kata Iwan lagi,”Kita terus
saja berjalan menuju ke hilir”.
“Lalu , di mana
batas sungai ini,Wan?” tanya Jidut.
“Nah , itulah
yang mesti kita cari dan temukan ,” tegas Iwan.
DENGAN perasaan cemas dan jantung berdebar
, kemudian mereka kembali menyusuri tepi sungai yang terbentang di ruangan gua
bawah tanah itu.Midun menyorotkan lampu senternya ke arah depan.Sedang yang
lain mengikutinya dari belakang.
“Hati-hati,Teman-teman!” seru
Midun,mengingatkan . “Hati-hati kaki kalian tersandung!”.
Namun setelah jauh mereka melangkah ,apa
yang dapat mereka temukan?Tak ada .Keadaan di sekeliling ternyata tidak berbeda
dengan kenyataan sebelumya.Ruangan gua itu berongga-rongga dengan penuh
celah.Kegelapan yang pekat menyelimuti seluruh ruangan.
“Kemana kita , Wan ?” rengek
Amin,tersengal.Lalu mereka semua menahan langkah.
“Tampaknya kita nggak bakalan menemukan
jalan ku luar,Wan!”kata Midun,putus asa.
“Kalau begitu ,apakah kita semua akan
mati disini ,Teman-teman?”tanya Jidut dengan suara bergetar. “Entahlah” desah
Iwan ,lemah.
ENTAH telah berapa hari mereka terkurung di dalam ruangan gua bawah
tanah ini.Telah berkali-kali mereka barangkat, lalu berhenti dan mengaso lagi.Dengan
perasaan putus asa,mereka kerap duduk melonjor di atas bongkahan baku tak jauh
dari tepi sungai.Mereka mengisi perut dengan beberapa ekor ikan yang di tangkap
dengan tombak-tombak.
Tak lama kemudian tampaklah di hadapan
mereka sebuah dataran bertangga menuju ke arah sebuah rongga mirip pintu.
Mereka merasa seperti dihadapkan pada dunia mimpi.
“Wow!,seru mereka,serempak ,ketika tampak
di balik rongga itu memancarakan cahaya
gemerlapan. Lantainya seolah basar berlumur cahaya.
Anehnya lagi ,dinding-dinding di
sekitar ruangan itu penuh gambar berukir-ukir.Didekat setiap dinding berdiri
patung-patung berwarna hijau,tetapi kotor dan berdebu.Dan di berbagai sudut
ruangan berdiri tegak beberapa canggah besar yang terbuat dari batu-batu
berukir.Sekilas tampak seperti gambar berbagai jenis binatang.Canggah-canggah
batu itu tampaknya berfungsi sebagai alat penyangga langit-langit gua yang juga
berwarna hijau berkilauan.
Berbeda dengan bagian ruangan gua
sebelumya,langi-langit di dalam ruangan gua ini cukup tinggi.Tetapi
dinding-dindingnya juga penuh serbuk radiun yang merebak ke segenap ruangan.
Kemudian tepat di depan bagian tengah
ruangan terpacak sebuah kursi besar yang juga terbuat dari batu
berukir-ukir.Dengan adanya patung-patung , canggah-canggah , dan kursi besar
itu, pemandangan di dalam ruangan itu sungguh seperti istana sebuah kerajaan!
Megah dan berkilauan.

bagus banget baut dibaca kak
BalasHapuscara tukar poin alfamart